Standar Prosedur Pengawasan Jembatan merupakan pedoman yang digunakan untuk memastikan kualitas dan keamanan jembatan selama masa konstruksi dan pasca konstruksi.
Standar Prosedur Pengawasan Jembatan adalah kumpulan pedoman dan prosedur yang digunakan untuk memastikan kualitas serta keamanan jembatan selama periode konstruksi maupun setelahnya. Standar prosedur pengawasan jembatan merupakan instrumen krusial dalam pengelolaan infrastruktur jembatan yang bertujuan untuk menegakkan standar yang tinggi dalam perancangan, pembangunan, dan pemeliharaan jembatan.
Prosedur pengawasan yang terstruktur dan ketat yang diatur oleh standar prosedur pengawasan jembatan bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengurangi risiko kerusakan serta kecelakaan yang mungkin terjadi pada jembatan. Hal ini mencakup pemantauan ketat terhadap proses konstruksi, pengujian material, serta pemeliharaan rutin setelah jembatan selesai dibangun.
Dengan menerapkan standar prosedur pengawasan jembatan, pihak terkait, termasuk insinyur, kontraktor, dan otoritas pengawas, dapat memastikan bahwa jembatan dibangun sesuai dengan standar yang ditetapkan dan bahwa setiap tahap konstruksi dijalankan dengan cermat dan tepat waktu. Selain itu, Standar prosedur pengawasan jembatan juga memfasilitasi pelaporan yang transparan dan akuntabel mengenai kondisi jembatan, sehingga memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan perawatan dan perbaikan.
Keselamatan publik adalah aspek utama yang menjadi fokus SPPJ. Dengan memastikan bahwa jembatan-jembatan dibangun dan diawasi sesuai dengan standar yang ketat, Standar prosedur pengawasan jembatan berperan dalam melindungi nyawa dan harta benda pengguna jalan serta meminimalkan gangguan terhadap mobilitas dan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan jaringan transportasi.
Dalam konteks ini, standar prosedur pengawasan jembatan bukan hanya sekadar seperangkat aturan teknis, tetapi juga merupakan landasan bagi keberhasilan sistem transportasi suatu negara. Dengan menerapkan standar prosedur pengawasan jembatan dengan konsisten dan efektif, kita dapat memastikan bahwa jaringan jembatan yang ada dapat berfungsi secara optimal, memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, serta memberikan keamanan dan keamanan yang diharapkan oleh masyarakat.
Ringkasan (Summary)
Tabel Ceklist Prosedur Pengecekan Material Jembatan
Material
Prosedur Pengecekan
Penanggung Jawab
Besi Beton
Ukur diameter besi beton dengan jangka sorong (toleransi 0.2 mm).
Konversi penulangan jika tidak memenuhi toleransi.
Tolak besi beton jika tidak memenuhi toleransi 0.4 mm.
Asisten Infra
Pasir
Bandingkan dengan sampel yang disetujui.
Asisten infra proaktif mengajukan contoh pasir.
Gunakan pasir yang sama dengan mix design untuk beton struktur.
Koordinator Region
Batu Split/Kerikil
Bandingkan dengan sampel yang disetujui.
Asisten infra proaktif mengajukan contoh batu.
Gunakan batu yang sama dengan mix design untuk beton struktur.
Koordinator PSM
Mix Design
Ajukan mix design minimal 2 minggu sebelum pengecoran.
Sertakan data pengetesan 20 kubus beton.
Gunakan material semen, pasir, dan split yang disetujui.
Konversi mix design ke perbandingan volume dolag standard.
Asisten
Pengambilan Sampel Kubus
Lakukan pengambilan sampel kubus secara acak.
Pastikan cetakan kubus sesuai standar.
Padatkan adukan beton dalam 3 layer.
Simpan sampel kubus di tempat teduh dan terlindung.
Pengukuran diameter besi beton, pengecekan konsistensi pasir dan batu split, persetujuan mix design, pengambilan sampel kubus
Asisten Infra
Persiapan dan Pengukuran
Setting posisi jembatan, pengecekan panjang dan elevasi jembatan, perhitungan ketinggian abutment
Asisten
Pekerjaan Galian Tanah dan Persiapan Dasar Abutment
Memastikan elevasi galian, dimensi panjang dan lebar, pengecekan cerucuk, urugan pasir dan lantai kerja
Asisten
Pengecoran Abutment
Memastikan material dan alat, pengecoran, dan perawatan
Asisten
Pengecoran Struktur Kepala Jembatan
Memastikan penulangan, bekisting, persiapan pengecoran, pengecoran, dan perawatan
Asisten
Pengecoran Struktur Atas Jembatan
Memastikan penulangan, bekisting, persiapan pengecoran, pengecoran, dan perawatan
Asisten
Pembersihan dan Finishing
Pembongkaran perancah, pembersihan tanah galian, plester aci dan pengecatan, pembuatan marking data pengenal jembatan
Asisten
Serah Terima Jembatan Tahap I
Pengukuran final, persetujuan list tahapan pekerjaan, test kubus beton
Asisten
Catatan:
Ini adalah ringkasan, untuk detail lengkap, merujuk pada dokumen prosedur dibawah ini, dan terkait tanggung jawab dapat berubah tergantung pada proyek.
Asisten harus memastikan semua pekerjaan sesuai gambar rencana dan spesifikasi.
Asisten harus membuat Berita Acara untuk setiap tahapan pekerjaan dan ditandatangani oleh asisten dan kontraktor.
Tanggung jawab dapat berubah tergantung pada proyek.
Prosedur pengecoran jembatan terdiri dari beberapa tahap, termasuk pengecekan material, persiapan dan pengukuran, pekerjaan galian dan persiapan dasar abutment, pengecoran abutment, pengecoran struktur kepala jembatan, pengecoran struktur atas jembatan, pembersihan dan finishing, dan serah terima jembatan tahap I. Setiap tahap memiliki prosedur dan penanggung jawab yang berbeda.
Definisi Jembatan, Fungsi Utama, dan Jenis Jembatan Lainnya
Jembatan adalah struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api, ataupun jalan raya. Jembatan berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh rintangan tersebut, sehingga manusia, kendaraan, atau kereta api untuk menyeberangi rintangan tersebut dengan aman dan efisien.
Fungsi Utama Jembatan
Fungsi utama jembatan adalah:
Menghubungkan dua tempat yang terpisahkan oleh rintangan: Jembatan memungkinkan orang, kendaraan, dan barang untuk menyeberangi rintangan dengan mudah dan aman.
Memperlancar arus lalu lintas: Jembatan membantu mengurangi kemacetan dengan menyediakan jalur alternatif untuk menyeberangi rintangan.
Meningkatkan aksesibilitas: Jembatan membuka akses ke daerah-daerah yang sebelumnya terpencil, sehingga meningkatkan mobilitas orang dan barang.
Meningkatkan konektivitas: Jembatan membantu menghubungkan berbagai wilayah dan meningkatkan konektivitas antar daerah.
Memperkuat infrastruktur: Jembatan merupakan bagian penting dari infrastruktur transportasi darat yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Daftar Jenis Jembatan
Jembatan berdasarkan Jenis Tanah
Jembatan di Tanah Mineral
Jembatan di tanah mineral adalah struktur yang dibangun untuk melintasi rintangan, seperti sungai, lembah, atau jalan raya, di area dengan tanah mineral. Tanah mineral terdiri dari pasir, kerikil, dan lempung, dan umumnya memiliki daya dukung yang tinggi dan stabil.
Karakteristik
Fondasi
Jembatan di tanah gambut umumnya menggunakan fondasi dalam, seperti pondasi tiang bor atau pondasi tiang pancang.
Material
Material yang digunakan untuk membangun jembatan di tanah gambut harus ringan dan tahan lama, seperti baja dan komposit.
Desain
Desain jembatan di tanah gambut harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti penurunan tanah, stabilitas, dan gempa bumi.
Jembatan di Tanah Gambut
Jembatan di tanah gambut adalah struktur yang dirancang khusus untuk melintasi rintangan di area dengan tanah gambut. Tanah gambut memiliki daya dukung yang rendah dan mudah terkompresi, sehingga memerlukan desain dan konstruksi khusus.
Karakteristik
Fondasi
Jembatan di tanah gambut umumnya menggunakan fondasi dalam, seperti pondasi tiang bor atau pondasi tiang pancang.
Material
Material yang digunakan untuk membangun jembatan di tanah gambut harus ringan dan tahan lama, seperti baja dan komposit.
Desain
Desain jembatan di tanah gambut harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti penurunan tanah, stabilitas, dan gempa bumi.
Jembatan di Tanah Pasir
Jembatan di tanah pasir adalah struktur yang dibangun untuk melintasi rintangan di area dengan tanah pasir. Tanah pasir memiliki daya dukung yang rendah dan mudah tererosi, sehingga memerlukan desain dan konstruksi khusus.
Karakteristik
Fondasi
Jembatan di tanah pasir umumnya menggunakan fondasi dangkal, seperti pondasi telapak atau pondasi tiang pancang.
Material
Material yang digunakan untuk membangun jembatan di tanah pasir harus ringan dan tahan lama, seperti baja dan komposit.
Desain
Desain jembatan di tanah pasir harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti erosi angin, likuifaksi, dan gempa bumi.
Jenis jembatan yang tepat untuk suatu lokasi tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis tanah, bentang rintangan, beban yang akan ditanggung, dan anggaran. Pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor ini akan memastikan pembangunan jembatan yang aman dan tahan lama.
Jenis Jembatan
Terdapat banyak jenis jembatan, diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, seperti:
Jenis Jembatan
Bahan
Karakteristik
Jembatan Beton
Beton bertulang atau beton prategang
Kuat dan tahan lama
Dapat dibangun dalam berbagai bentuk dan ukuran
Mampu menahan beban berat
Mempunyai umur pakai yang panjang dengan perawatan yang minimal
Jembatan Baja
Konstruksi baja
Ringan dan mudah didirikan
Memiliki kekuatan yang tinggi
Dapat dipindahkan jika diperlukan
Mampu menahan beban berat
Jembatan Kayu
Kayu
Ramah lingkungan dan estetis
Mudah dalam perbaikan dan pemeliharaan
Dapat direkonstruksi dengan biaya rendah
Bahan yang mudah didapat di berbagai lokasi
Jembatan Komposit
Kombinasi dari dua atau lebih material, seperti beton dan baja
Menggabungkan kekuatan dan keunggulan dari masing-masing material
Memiliki fleksibilitas dalam desain dan konstruksi
Dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang berbeda
Mampu menahan beban berat dengan efisiensi biaya yang tinggi
Jenis-jenis Jembatan Lainnya
Jembatan memiliki berbagai fungsi dan jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis. Jembatan merupakan infrastruktur penting yang mendukung konektivitas, mobilitas, dan pembangunan ekonomi.
Jenis Jembatan Berdasarkan Strukturnya
Jembatan adalah struktur yang dibangun untuk menghubungkan dua tempat yang terpisah oleh rintangan alami atau buatan seperti sungai, lembah, jalan raya, atau rel kereta api. Berdasarkan strukturnya, jembatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Jembatan Rangka
Jembatan Rangka adalah jenis jembatan yang menggunakan rangka baja atau struktur baja sebagai elemen utama penopangnya. Struktur rangka ini memberikan kekuatan dan stabilitas pada jembatan, serta memungkinkan untuk membentuk berbagai bentuk dan desain yang kompleks. Jembatan rangka sering digunakan untuk melintasi rintangan seperti sungai, lembah, atau jalan.
Ciri-Ciri Jembatan Rangka
Struktur Baja:
Struktur utama jembatan terdiri dari rangka baja atau struktur baja yang kuat dan tahan lama.
Baja dipilih karena kekuatan dan kemampuannya untuk menahan beban berat dengan struktur yang relatif ringan.
Desain Modular:
Konstruksi jembatan rangka sering menggunakan desain modular, di mana komponen-komponen struktur diproduksi terpisah dan kemudian dirangkai bersama di lokasi pembangunan.
Fleksibilitas Desain:
Struktur rangka baja memberikan fleksibilitas dalam desain jembatan, termasuk kemungkinan untuk menciptakan bentuk lengkung atau busur yang elegan.
Tahan Terhadap Beban Dinamis:
Jembatan rangka biasanya mampu menahan beban dinamis seperti lalu lintas kendaraan dan angin karena kekuatan dan stabilitas struktur baja.
Keunggulan Jembatan Rangka
Kekuatan dan Stabilitas:
Rangka baja memberikan kekuatan dan stabilitas yang tinggi pada jembatan, membuatnya mampu menahan beban berat dan tekanan dari berbagai arah.
Fleksibilitas Desain:
Kemampuan untuk menciptakan desain yang kompleks dan estetis membuat jembatan rangka menjadi pilihan populer untuk proyek-proyek jembatan yang memerlukan tampilan yang menarik.
Berat Struktur yang Ringan:
Meskipun kuat, struktur baja biasanya memiliki berat yang relatif ringan dibandingkan dengan material konstruksi lainnya, sehingga meminimalkan beban pada fondasi.
Contoh Jembatan Rangka Terkenal
Jembatan Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat: Salah satu contoh jembatan rangka baja yang paling ikonik di dunia.
Jembatan Sydney Harbour di Australia: Jembatan rangka baja megah yang menjadi simbol kota Sydney.
Jembatan Forth Railway di Skotlandia: Salah satu jembatan rangka baja terpanjang di dunia.
Jembatan rangka adalah salah satu jenis jembatan yang paling umum digunakan di seluruh dunia, terutama untuk melintasi rintangan yang lebar dan dalam. Dengan kekuatan, stabilitas, dan fleksibilitas desainnya, jembatan rangka terus menjadi pilihan yang populer untuk berbagai proyek jembatan modern.
Jembatan Gelagar
Jembatan Gelagar (Girder Bridge) adalah jenis jembatan yang menggunakan gelagar (girder) sebagai elemen utama struktur penopangnya. Gelagar ini biasanya terbuat dari baja atau beton pratekan dan berfungsi untuk menyalurkan beban dari dek jembatan ke tumpuan (pier dan abutment). Jembatan gelagar sering digunakan untuk bentang yang lebih panjang karena gelagar dapat dirancang dengan kekuatan yang sangat tinggi.
Ciri-ciri Jembatan Gelagar:
Menggunakan gelagar sebagai elemen penopang utama.
Gelagar dapat terbuat dari baja atau beton pratekan.
Mampu menahan beban yang besar dan cocok untuk bentang panjang.
Struktur lebih kompleks karena membutuhkan penopang tambahan.
Contoh: Lake Pontchartrain Causeway (USA), Jembatan Donghai (Cina).
Keuntungan: Sederhana dan murah untuk dibangun, efektif untuk bentang pendek.
Jembatan Balok
Jembatan Balok (Beam Bridge) adalah jenis jembatan yang menggunakan balok sebagai elemen utama strukturnya. Balok ini dapat terbuat dari berbagai bahan seperti kayu, beton, atau baja. Jembatan balok biasanya digunakan untuk bentang yang lebih pendek dan memiliki desain yang lebih sederhana dibandingkan dengan jembatan gelagar.
Ciri-ciri Jembatan Balok:
Menggunakan balok sebagai elemen penopang utama.
Balok dapat terbuat dari kayu, beton, atau baja.
Umumnya digunakan untuk bentang pendek hingga menengah.
Desainnya lebih sederhana dan mudah dibangun.
Jembatan Lengkung
Jembatan Lengkung (Arch Bridge) adalah jenis jembatan yang menggunakan struktur lengkung sebagai elemen utama penopangnya. Desain ini telah digunakan selama berabad-abad dan dikenal karena kekuatannya serta kemampuan untuk menahan beban besar. Jembatan lengkung dapat terbuat dari berbagai bahan seperti batu, beton, atau baja.
Ciri-ciri Jembatan Lengkung:
Struktur Melengkung: Bagian utama dari jembatan ini adalah struktur lengkung yang biasanya terbuat dari beton, batu, atau baja. Lengkungan ini mampu menahan tekanan besar dan mendistribusikan beban ke tumpuan.
Tumpuan di Kedua Ujung: Tumpuan di kedua ujung lengkung (abutment) menahan gaya horizontal yang dihasilkan oleh lengkungan, membuat jembatan ini sangat stabil.
Beban Terdistribusi: Beban yang diterima oleh dek jembatan diteruskan ke lengkungan, kemudian dialihkan ke tumpuan, membuatnya efisien dalam menahan beban vertikal dan horizontal.
Estetika: Jembatan lengkung sering kali memiliki desain yang indah dan artistik, membuatnya populer tidak hanya karena fungsinya, tetapi juga karena penampilannya.
Jenis-jenis Jembatan Lengkung:
Jembatan Lengkung Bebas (Arch Bridge): Menggunakan satu lengkung besar tanpa penopang tambahan di tengahnya. Biasanya digunakan untuk bentang sedang hingga panjang.
Jembatan Lengkung Berpenopang (Tied-Arch Bridge): Menggunakan kabel atau balok di bawah dek yang menghubungkan kedua ujung lengkungan untuk menahan gaya horizontal.
Jembatan Lengkung Pelengkung Tersuspensi (Suspension Arch Bridge): Menggunakan kabel tambahan untuk mendukung dek jembatan, meningkatkan stabilitas dan memungkinkan bentang yang lebih panjang.
Keuntungan Jembatan Lengkung:
Kekuatan dan Stabilitas: Struktur lengkung sangat kuat dalam menahan beban, terutama beban vertikal, sehingga cocok untuk bentang panjang dan beban berat.
Estetika dan Desain: Memiliki desain yang menarik dan sering digunakan sebagai ikon atau landmark suatu tempat.
Durabilitas: Dengan perawatan yang tepat, jembatan lengkung dapat bertahan lama dan memerlukan sedikit perawatan dibandingkan jenis jembatan lainnya.
Contoh Jembatan Lengkung Terkenal:
Pont du Gard di Prancis, sebuah jembatan Romawi kuno yang masih berdiri kokoh.
Jembatan Sydney Harbour di Australia, contoh modern dari jembatan lengkung baja.
Jembatan Rialto di Venesia, Italia, Jembatan lengkung batu yang terkenal dan menjadi ikon kota Venesia.
Jembatan lengkung menawarkan kombinasi kekuatan, stabilitas, dan keindahan, membuatnya menjadi pilihan populer dalam berbagai proyek infrastruktur besar di seluruh dunia.
Jembatan Gantung
Jembatan Gantung adalah jenis jembatan yang terdiri dari tali atau kabel yang dijaga oleh menara atau tiang-tiang penyangga di kedua ujungnya. Jembatan ini digantungkan di atas lembah atau sungai dengan kabel utama yang menopang struktur penyeberangan. Jembatan gantung telah menjadi salah satu jenis jembatan yang paling umum dan sering digunakan di seluruh dunia.
Ciri-Ciri Jembatan Gantung
Tali atau Kabel Utama:
Tali atau kabel utama digunakan sebagai elemen utama untuk menopang struktur jembatan.
Biasanya terbuat dari baja atau serat kuat lainnya yang mampu menahan beban berat.
Menara atau Tiang Penyangga:
Menara atau tiang-tiang penyangga berfungsi sebagai penopang tali utama jembatan.
Biasanya terletak di kedua ujung jembatan dan dirancang untuk menahan tekanan yang dihasilkan oleh tali gantung.
Desain Suspensi:
Jembatan ini memiliki desain suspensi, di mana tali utama menopang dek jembatan di tengah-tengahnya.
Desain ini memungkinkan jembatan untuk membengkok dan bergerak sejalan dengan perubahan beban dan angin.
Fleksibilitas:
Jembatan gantung cenderung lebih fleksibel daripada jenis jembatan lainnya, sehingga bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Contoh Jembatan Gantung Terkenal
Jembatan Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat: Salah satu jembatan gantung paling ikonik di dunia.
Jembatan Akashi Kaikyō di Jepang: Jembatan gantung dengan bentang terpanjang di dunia.
Jembatan Capilano Suspension di Kanada: Salah satu jembatan gantung wisata yang paling populer di dunia.
Jembatan gantung adalah pilihan yang populer untuk melintasi rintangan alami seperti sungai dan lembah. Dengan desainnya yang khas dan kemampuan untuk menjangkau jarak yang panjang, jembatan gantung telah menjadi simbol kemajuan teknik sipil dan keindahan arsitektur.
Jembatan Segmental
Jembatan Segmental adalah jenis jembatan yang dibangun dengan menggunakan segmen-segmen pracetak atau prefabrikasi yang disusun bersama-sama untuk membentuk struktur lengkap jembatan. Setiap segmen diproduksi di pabrik dan kemudian diangkut ke lokasi jembatan untuk disatukan. Metode konstruksi ini sering digunakan untuk jembatan dengan bentang menengah hingga panjang.
Ciri-Ciri Jembatan Segmental
Pracetak atau Prefabrikasi:
Setiap segmen jembatan diproduksi di pabrik sesuai dengan desain yang telah ditentukan sebelumnya.
Segmen-segmen ini kemudian diangkut ke lokasi jembatan untuk dirangkai bersama-sama.
Pemotongan Waktu Konstruksi:
Penggunaan segmen-segmen prefabrikasi memungkinkan waktu konstruksi menjadi lebih singkat karena proses pembuatan terjadi secara terpisah dari lokasi pembangunan jembatan.
Penyambungan dengan Mortar atau Kabel:
Segmen-segmen jembatan dapat disambung menggunakan mortar, kabel, atau teknik penyambungan lainnya tergantung pada desain dan material yang digunakan.
Fleksibilitas Desain:
Metode konstruksi ini memungkinkan fleksibilitas dalam desain jembatan, termasuk kemungkinan untuk menciptakan bentuk lengkung atau busur yang elegan.
Keunggulan Jembatan Segmental
Kualitas Kontrol yang Tinggi:
Pembuatan segmen-segmen jembatan di pabrik memungkinkan kontrol kualitas yang lebih ketat terhadap material dan proses produksi.
Kemampuan Membangun di Tempat Terbatas:
Cocok untuk proyek-proyek di lokasi yang terbatas atau sulit diakses karena pembangunan dapat dilakukan secara bertahap dengan memasang segmen-segmen yang telah diproduksi.
Tahan Lama dan Tahan Terhadap Korosi:
Segmen-segmen prefabrikasi umumnya terbuat dari beton bertulang atau beton pratekan yang tahan terhadap korosi dan kondisi lingkungan yang keras.
Contoh Jembatan Segmental Terkenal
Jembatan Sunshine Skyway di Florida, Amerika Serikat: Salah satu jembatan segmental terpanjang di dunia.
Jembatan Veterans Memorial di Tampa, Florida, Amerika Serikat: Contoh lain dari jembatan segmental yang mengesankan.
Jembatan Incheon di Korea Selatan: Jembatan segmental yang menghubungkan Incheon ke pulau Yeongjong dan pulau Cheongna.
Jembatan Segmental menawarkan solusi konstruksi yang efisien dan berkualitas tinggi untuk jembatan dengan bentang menengah hingga panjang. Dengan kontrol kualitas yang ketat dan kemampuan untuk membangun di lokasi yang sulit diakses, metode ini telah menjadi pilihan yang populer untuk berbagai proyek jembatan di seluruh dunia.
Jembatan Kantilever
Jembatan Kantilever adalah jenis jembatan yang menggunakan struktur kantilever untuk menopang bagian tengahnya di atas rintangan seperti sungai atau lembah. Struktur kantilever terdiri dari balok-balk balok yang menonjol keluar dari menara atau tiang penyangga di kedua ujungnya. Jembatan ini sering digunakan untuk melintasi rintangan yang lebar dengan bentang yang panjang.
Ciri-Ciri Jembatan Kantilever
Struktur Kantilever:
Jembatan kantilever memiliki struktur kantilever di kedua ujungnya yang menonjol keluar dari menara atau tiang penyangga.
Struktur ini membantu menopang bagian tengah jembatan di atas rintangan dengan menggunakan prinsip tuas.
Menara atau Tiang Penyangga:
Menara atau tiang penyangga berfungsi sebagai penopang struktur kantilever dan membantu mendistribusikan beban ke tanah atau fondasi yang kokoh.
Konstruksi Bertahap:
Pembangunan jembatan kantilever biasanya dilakukan secara bertahap, dengan struktur kantilever yang dibangun ke arah tengah dari kedua ujungnya.
Desain Bentang Panjang:
Jembatan kantilever cocok untuk melintasi rintangan yang lebar dengan bentang yang panjang, seperti sungai besar atau lembah dalam.
Keunggulan Jembatan Kantilever
Bentang Panjang dan Tinggi:
Cocok untuk melintasi rintangan yang lebar dan dalam dengan bentang yang panjang dan ketinggian yang besar.
Kekuatan Struktur:
Struktur kantilever memberikan kekuatan yang besar dan kemampuan untuk menahan beban berat.
Fleksibilitas Desain:
Desain jembatan kantilever dapat disesuaikan dengan kebutuhan proyek dan lingkungan sekitarnya, termasuk kemungkinan untuk menciptakan desain yang estetis dan inovatif.
Contoh Jembatan Kantilever Terkenal
Jembatan Forth Rail di Skotlandia: Salah satu contoh jembatan kantilever yang terkenal dan bersejarah.
Jembatan Quebec di Kanada: Salah satu jembatan kantilever terpanjang di dunia dengan bentang lebih dari 500 meter.
Jembatan Penang di Malaysia: Jembatan kantilever yang menghubungkan Pulau Pinang dengan daratan Malaysia.
Jembatan Kantilever adalah salah satu jenis jembatan yang paling kuat dan tahan lama, cocok untuk melintasi rintangan yang lebar dan dalam dengan bentang yang panjang. Dengan struktur kantilever yang kokoh dan fleksibilitas desainnya, jembatan ini telah menjadi pilihan yang populer untuk berbagai proyek jembatan di seluruh dunia.
Jembatan Terapung
Jembatan Terapung adalah jenis jembatan yang dibangun di atas permukaan air dan melayang di atas air tanpa menggunakan penyangga atau tiang penopang yang mencapai dasar sungai atau laut. Jembatan ini sering digunakan untuk menghubungkan dua wilayah yang dipisahkan oleh badan air seperti sungai, danau, atau teluk.
Ciri-Ciri Jembatan Terapung
Flotasi:
Jembatan terapung didukung oleh struktur apung atau ponton yang mengambang di permukaan air.
Ponton ini biasanya terbuat dari beton, baja, atau bahan komposit lainnya yang tahan terhadap korosi dan tekanan air.
Fleksibel:
Jembatan terapung dapat bergerak mengikuti perubahan tinggi air atau arus sungai tanpa mengalami kerusakan struktural.
Struktur fleksibel ini memungkinkan jembatan untuk tetap berfungsi dengan baik dalam berbagai kondisi lingkungan.
Pemasangan Sederhana:
Proses pemasangan jembatan terapung relatif sederhana karena tidak memerlukan penyangga yang disematkan ke dasar sungai atau laut.
Jembatan dapat dipasang dengan cepat dan relatif murah dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya.
Keunggulan Jembatan Terapung
Fleksibilitas Lokasi:
Cocok untuk wilayah yang sulit dijangkau atau sulit untuk membangun fondasi yang kokoh, seperti daerah rawa atau perairan dalam.
Biaya Rendah:
Biaya pembangunan jembatan terapung cenderung lebih rendah dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya karena tidak memerlukan struktur penopang yang kompleks.
Pengaruh Lingkungan Minim:
Pembangunan jembatan terapung meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekitar karena tidak mengganggu habitat alami di dasar sungai atau laut.
Contoh Jembatan Terapung Terkenal
Jembatan Floating Bridge di Seattle, Amerika Serikat: Salah satu contoh jembatan terapung yang terkenal dan menjadi ikon kota Seattle.
Jembatan Pontoon di Amsterdam, Belanda: Jembatan terapung yang menghubungkan berbagai bagian kota Amsterdam di atas Sungai IJ.
Jembatan Mabey Johnson di London, Inggris: Jembatan terapung yang sementara dibangun untuk mengatasi kebutuhan lintasan sementara di atas sungai.
Jembatan terapung adalah solusi yang efisien dan efektif untuk mengatasi rintangan air dalam berbagai kondisi lingkungan. Dengan biaya pembangunan yang rendah dan fleksibilitas lokasinya, jembatan terapung telah menjadi pilihan yang populer untuk menghubungkan wilayah yang dipisahkan oleh badan air di seluruh dunia.
Bagian I: Prosedur Pengecekan Material Pembangunan Jembatan
Pada tahap awal pembangunan jembatan, prosedur pengecekan material menjadi landasan yang tak tergantikan untuk memastikan kualitas konstruksi yang kokoh dan aman. Setiap langkah dalam proses ini memiliki signifikansi yang tidak boleh diabaikan. Mulai dari besi beton yang menjadi tulang punggung struktur, hingga pasir dan batu split yang menjadi komponen vital dalam kestabilan struktural. Namun, prosedur ini tidak sekadar rutin, melainkan sebuah langkah yang argumentatif berdasarkan kebutuhan ketat akan kualitas. Misalnya, dalam pengecekan besi beton, bukan sekadar pemenuhan jumlah, tetapi juga pemeriksaan ketelitian sampai 0.01 mm serta penegasan toleransi yang diizinkan, dengan konsekuensi tegas terhadap besi yang tidak memenuhi standar. Begitu pula dengan pasir dan batu split, yang harus selaras dengan mix design yang telah disetujui sebelumnya. Dalam konteks ini, otoritas persetujuan material menjadi krusial, menandai bahwa setiap langkah harus melewati filter koordinator yang ditunjuk. Demikian pula dengan mix design dan pengambilan sampel kubus beton, di mana setiap tahapan dilakukan dengan ketelitian dan disiplin yang tidak dapat ditawar-tawar. Dengan demikian, prosedur ini bukan sekadar formalitas, melainkan landasan argumentatif yang memastikan kehandalan struktur jembatan yang akan dibangun, sekaligus menjamin keselamatan pengguna jembatan di masa mendatang.
Inspeksi Cheklist:
I.1 Besi Beton
I.1.1 Untuk setiap besi beton yang datang harus dilakukan sampling ukuran diameter besi minimal sebanyak 2-5 % dari jumlah besi yang datang atau minimal 10 batang untuk diameter yang berbeda.( Tergantung mana yang lebih besar).
I.1.2 Pengukuran diameter besi menggunakan jangka sorong sampai ketelitian 0.01 mm
I.1.3 Batasan toleransi yang diijinkan adalah 0.2 mm.
I.1.4 Besi yang tidak memenuhi toleransi 0.2 mm harus dilakukan konversi penulangan, sedangkan besi yang tidak memenuhi toleransi 0.4 mm harus di reject.
I.1.5 Setiap pengecekan besi yang datang harus dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh asisten infra dan kontraktor.
I.1.6 Tanggung jawab pengecekan adalah asisten Infra.
I.2 Pasir
I.2.1 Sebelum pasir di suplai, dalam waktu paling sedikit satu minggu kontraktor sudah harus mengajukan contoh material untuk mendapat persetujuan.
I.2.2 Contoh material yang sudah disetujui harus disimpan dan dijadikan sebagai ajuan untuk pengecekan material yang disuplai ke lokasi.
I.2.3 Pasir yang datang harus dicek konsistensi terhadap sampel yang telah disetujui.
I.2.4 Pengadaan contoh pasir secara pro-aktif dilakukan asisten infra kepada kontraktor.
I.2.5 Apabila digunakan untuk beton struktur, pasir yang digunakan harus sama dengan pasir yang diajukan pada saat melakukan mix design.
I.2.6 Otorisasi persetujuan pasir yang digunakan adalah setingkat Koordinator Region.
I.2.7 Pasir yang menyimpang dari contoh yang diberikan harus direject kecuali mendapat persetujuan dari koordinator Region.
I.3 Batu Split atau Kerikil
I.3.1 Sebelum batu di suplai, dalam waktu paling sedikit satu minggu kontraktor sudah harus mengajukan contoh material untuk mendapat persetujuan.
I.3.2 Batu yang datang harus dicek konsistensi terhadap sampel yang telah disetujui.
I.3.3 Pengadaan contoh batu secara pro-aktif dilakukan asisten infra kepada kontraktor.
I.3.4 Apabila digunakan untuk beton struktur, batu yang digunakan harus sama dengan batu yang diajukan pada saat melakukan mix design.
I.3.5 Otorisasi persetujuan batu split adalah Koordinator PSM.
I.3.6 Pasir yang menyimpang dari contoh yang diberikan harus direject kecuali mendapat persetujuan dari koordinator PSM.
I.4 Mix Design
I.4.1 Dalam waktu minimal dua minggu sebelum pekerjaan pengecoran, kontraktor harus mengajukan mix design beton.
I.4.2 Mix design harus dilengkapi data pengetesan kubus sebanyak minimal 20 buah yang mengkonfirmasi hasil mix design memenuhi spesifikasi yang disyaratkan.
I.4.3 Mix design harus menggunakan material semen, pasir dan split yang telah disetujui.
I.4.4 Pengadaan mix design harus dilakukan secara proaktif oleh asisten kepada kontraktor.
I.4.5 Mix design harus dikonversikan ke perbadingan volume berdasarkan dolag standard.
I.4.6 Hasil mix design harus mendapat persetujuan dari koordinator PSM.
I.5 Pengambilan Sampel Kubus
I.5.1 Pengambilan sampel kubus beton harus dilakukan secara acak oleh asisten.
I.5.2 Prosedur pengambilan kubus beton harus adalah sebagai berikut:
a. Memastikan cetakan kubus terbuat dari plat baja yang dapat dibuka dengan ukuran kubus 150x150x150 mm.
b. Sisi dalam plat baja dilapisi oli sebelum diisi adukan beton.
c. Pengambilan dilakukan dari adukan yang baru selesai diaduk dan belum dicor.
d. Pengisian kubus dibagi dalam 3 layer setebal 50 mm, untuk tiap layer dipadatkan dengan batang besi diameter 16 mm dengan cara dirojok sebanyak 10 kali.
e. Permukaan atas cetakan diratakan dan dibersihkan dari sisa-sisa beton, ditandai kode bagian struktur yang diambil dan tanggal pengambilan dengan paku.
f. Tutup bagian atas cetakan yang sudah dibuat dengan kain basah.
g. Simpan sampel yang telah dibuat pada tempat yang teduh dan terlindung.
h. Cetakan kubus dapat dibuka setelah beton mencapai umur minimal 24 jam.
i. Kubus beton yang telah dibuka harus segera direndam dalam air sampai waktu pengetesan.
Bagian II: Prosedur Pengawasan Pekerjaan Pembangunan Jembatan
Pembangunan jembatan adalah suatu proses yang memerlukan pengawasan dan pengendalian yang ketat untuk memastikan kualitas dan keamanan struktur yang dibangun. Prosedur pengawasan pekerjaan pembangunan jembatan merupakan langkah untuk memastikan bahwa setiap tahapan pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar teknis yang telah ditetapkan. Dalam prosedur ini, setiap tahapan pekerjaan, mulai dari persiapan dan pengukuran hingga pembersihan dan finishing, diatur secara rinci untuk memastikan kelancaran dan keberhasilan proyek pembangunan jembatan.
Pentingnya prosedur ini tidak hanya terletak pada pengendalian teknis, tetapi juga dalam memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan dan kualitas yang telah ditetapkan. Dalam setiap tahapan, asisten bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan mengkonfirmasi hasilnya melalui penandatanganan cek list. Dengan demikian, prosedur pengawasan ini tidak hanya menjamin keberhasilan teknis proyek, tetapi juga menjaga integritas struktural dan keselamatan bagi pengguna jembatan tersebut.
Inspeksi Cheklist:
II.1 Umum
II.1.1 Semua teknis pelaksanaan item pekerjaan harus mengaju pada ketentuan-ketentuan pada spesifikasi teknis pekerjaan.
II.1.2 Prosedur yang diuraikan di bawah mengatur tentang tahapan-tahapan pemeriksaan dan dokumentasi yang harus dilakukan untuk setiap tahapan pekerjaan.
II.2 Pekerjaan Persiapan dan Pengukuran
II.2.1 Prosedur pada tahapan persiapan dan pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Melakukan setting posisi jembatan.
b. Melalukan pengecekan panjang jembatan.
c. Melakukan pengecekan ulang terhadap elevasi finish lantai jembatan.
d. Melakukan perhitungan ketinggian abutment sesuai kondisi aktual di lapangan.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.3 Pekerjaan Galian tanah dan Persiapan dasar Abutment
II.3.1 Pekerjaan abutment jembatan harus dikontrol oleh asisten dalam 3 tahapan pekerjaan yaitu tahapan penggalian tanah, tahapan pemancangan cerucuk, dan tahapan pengecoran abutment.
II.3.2 Prosedur pada tahapan pekerjaan abutment jembatan galian tanah abutment adalah sebagai berikut:
a. Memastikan pekerjaan persiapan dan pengukuran point II.2.1 disetujui.
b. Memastikan elevasi galian tanah sesuai dengan ketinggian abutment yang dihitung pada point II.2.1.d.
c. Memastikan dimensi panjang dan lebar dasar galian sesuai dengan ukuran abutment yang akan dikerjakan.
d. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list dan melampirkan dimensi hasil pengecekan.
II.3.3 Prosedur pada tahapan pemancangan cerucuk adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan secara intensif oleh mandor harus dilakukan pada diameter dan panjang cerucuk yang dipancang.
b. Jumlah dan kedalaman pemancangan harus dibuatkan berita acara secara tertulis.
c. Memastikan bagian kepala yang rusak akibat pemancangan dipotong dan dilakukan pemasangan angkur pada kepala cerucuk dipaku dengan paku ukuran 5” senbanyak 4 buah.
d. Memastikan ketinggian kepala dari dasar galian setelah dilakukan pemotongan adalah 35 cm.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.3.4 Prosedur pada tahapan pengurugan pasir dan lantai kerja adalah sebagai berikut:
a. Memastikan pekerjaan cerucuk point II.3.3 disetujui.
b. Memastikan dasar galian tidak tergenang air.
c. Memastikan ketebalan urugan pasir dan pemadatan lapisan pasir.
d. Memastikan ketebalan lantai kerja dan komposisi campuran yang digunakan.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.4 Pekerjaan Pengecoran Abutment
II.4.1 Pekerjaan pengecoran abutment harus dikontrol oleh asisten pada 3 tahapan yaitu tahapan persiapan material dan alat, tahapan pengecoran dan tahapan setelah pengecoran.
II.4.2 Prosedur pada tahapan persiapan material dan alat adalah sebagai berikut:
a. Memastikan ukuran batu yang akan digunakan dipecah tidak melebihi 20 cm.
b. Memastikan volume batu yang tersedia di lapangan tidak melebihi 60% dari total volume abutment.
c. Memastikan material semen, kerikil, dan pasir yang ada di lokasi sudah melalui tahapan persetujuan material dalam jumlah mencukupi untuk satu unit abutment.
d. Memastikan pipa untuk weep hole sudah ada dilokasi dalam jumlah yang cukup.
e. Memastikan molen dan vibrator berada di lokasi dalam kondisi siap pakai.
f. Memastikan pompa untuk dewatering dalam kondisi baik.
g. Memastikan penggunaan dolag ukuran standard 60x40x18 cm (ukuran bersih).
h. Memastikan bekisting abutment sudah terpasang dengan baik, lubang untuk pipa weep hole dilubangi, celah-celah sambungan kayu ditutup rapat.
i. Memastikan ukuran bekisting sesuai dengan dimensi abutment yang akan dibuat, dikonfirmasi dengan sketsa hasil pengukuran.
j. Memastikan pembuatan jalur pengecoran dan tremy/talang untuk pengecoran sudah terpasang.
k. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.4.3 Prosedur pada tahapan pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan tahapan persiapan point II.4.2 disetujui.
b. Pengawasan secara intensif harus dilakukan selama tahapan pengecoran untuk memastikan komposisi campuran yang digunakan.
c. Memastikan pengadukan dengan molen.
d. Memastikan pengisian batu dilakukan secara bertahap sampai selesai pengecoran.
e. Memastikan pemasangan angkur besi untuk penghentian pengecoran.
f. Memastikan penggunaan bonding agent untuk sambungan pengecoran.
g. Memastikan pemasangan angkur pada bagian atas abutment ke kepala jembatan.
h. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecoran dengan menandatangani cek list.
II.4.4 Prosedur pada tahapan setelah pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan perbaikan cacat bidang permukaan yang dicor.
b. Memastikan tidak ada weephole yang tersumbat.
c. Memastikan kanstin pada wing wall terpasang.
d. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.5 Pekerjaan Pengecoran Struktur Kepala Jembatan
II.5.1 Pekerjaan pengecoran struktur kepala jembatan harus dikontrol pada tahapan penulangan, bekisting, persiapan pengecoran, pengecoran dan perawatan.
II.5.2 Prosedur pada tahapan penulangan adalah sebagai berikut:
a. Memastikan besi beton yang digunakan sudah disetujui pada tahapan pengecekan material.
b. Memastikan jumlah tulangan yang digunakan dan jarak penulangan sesuai dengan gambar rencana.
c. Memastikan sambungan perpanjangan tulangan mempunyai jarak overlaping min. 40 kali diameter tulangan.
d. Memastikan ruang antar tulangan dapat dilewati oleh agregat kasar.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.5.3 Prosedur pada tahapan bekisting adalah sebagai berikut:
a. Memastikan tahapan penulangan point II.5.2 sudah disetujui.
b. Memastikan ukuran bekisting sesuai dengan dimensi struktur yang akan dibuat, dikonfirmasi dengan sketsa hasil pengukuran.
c. Memastikan bekisting dibuat cukup kaku sehingga tidak melendut selama pengecoran.
d. Memastikan sisi bekisting dalam bekisting dibungkus plastik.
e. Memastikan penempatan tahu beton diikat pada tulangan yang berhubungan dengan sisi bagian bawah dan sisi samping bekisting.
f. Memastikan angkur dan base plat sudah terpasang dengan baik.
g. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.5.4 Prosedur pada tahapan persiapan pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan material semen, pasir, split sudah disetujui pada tahapan pemeriksaan material dan dalam jumlah yang cukup.
b. Memastikan molen dan vibrator berada di lokasi dalam kondisi siap jalan.
c. Memastikan data mix design sudah tersedia dan proporsi campuran sudah dikonversi ke dolag ukuran standard 60x40x18 cm(ukuran bersih).
d. Memastikan kalibrasi wadah yang digunakan untuk perhitungan volume air yang digunakan untuk campuran.
e. Memastikan bagian dalam bekisting dibersihkan dari semua kotoran.
f. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.5.5 Prosedur pada tahapan pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan tahapan point II.5.2, II.5.3, II.5.4 sudah disetujui.
b. Pengawasan intensif harus dilakukan selama tahapan pengecoran untuk memastikan komposisi campuran yang digunakan.
c. Memastikan penggunaan vibrator untuk pemadatan adukan yang dicor.
d. Memastikan pengambilan kubus beton dan perawatan sesuai prosedur.
e. Memastikan pengecoran dilakukan secara kontinue.
f. Memastikan penggunaan bonding agent untuk penyambungan pengecoran dengan bagian beton yang sudah mengeras.
g. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.5.6 Prosedur pada tahapan setelah pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan dilakukan perawatan beton setelah beton setting.
b. Memastikan pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton mencapai umur minimal 21 hari.
c. Memastikan tidak ada bagian yang mengalami cacat struktural.
d. Memastikan perbaikan cacat non struktural.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.6 Pekerjaan Pengecoran Struktur Atas Jembatan
II.6.1 Pekerjaan pengecoran struktur atas jembatan harus dikontrol pada tahapan penulangan, bekisting, persiapan pengecoran, pengecoran dan perawatan.
II.6.2 Prosedur pada tahapan penulangan adalah sebagai berikut:
a. Memastikan besi beton yang digunakan sudah disetujui pada tahapan pengecekan material.
b. Memastikan jumlah tulangan yang digunakan dan jarak penulangan sesuai dengan gambar rencana.
c. Memastikan sambungan perpanjangan tulangan mempunyai jarak overlaping min. 40 kali diameter tulangan.
d. Memastikan ruang antar tulangan dapat dilewati oleh agregat kasar.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.6.3 Prosedur pada tahapan bekisting adalah sebagai berikut:
a. Memastikan tahapan penulangan point II.6.2 sudah disetujui.
b. Memastikan ukuran bekisting sesuai dengan dimensi struktur yang akan dibuat meliputi dimensi balok, ketebalan lantai, lebar jembatan, panjag jembatan, dikonfirmasi dengan sketsa hasil pengukuran.
c. Memastikan struktur bekisting dibuat cukup kaku sehingga tidak melendut selama pengecoran.
d. Memastikan setting bekisting memperhitungkan faktor chammer jembatan.
e. Memastikan sisi bagian dalam bekisting dibungkus plastik.
f. Memastikan penempatan tahu beton diikat pada tulangan yang berhubungan dengan sisi bagian bawah dan sisi samping bekisting.
g. Memastikan penempatan pipa drain sesuai gambar.
h. Memastikan pembuatan slope penampang melintang lantai jembatan.
i. Memastikan penempatan plat baja dan angkur pada kepala balok jembatan.
j. Memastikan penempatan elastomerik pada dudukan jembatan.
k. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.6.4 Prosedur pada tahapan persiapan pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan material semen, pasir, split sudah disetujui pada tahapan pemeriksaan material dan dalam jumlah yang cukup.
b. Memastikan molen dan vibrator berada dilokasi dalam kondisi siap jalan.
c. Memastikan data mix design sudah tersedia dan proporsi campuran sudah dikonversi ke dolag ukuran standard 50x40x20 cm.
d. Memastikan kalibrasi wadah yang digunakan untuk perhitungan volume air yang digunakan untuk campuran.
e. Memastikan bagian dalam bekisting dibersihkan dari semua kotoran.
f. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.6.5 Prosedur pada tahapan pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan tahapan point II.6.2, II.6.3, II.6.4 sudah disetujui.
b. Pengawasan intensif harus dilakukan selama tahapan pengecoran untuk memastikan komposisi campuran yang digunakan.
c. Memastikan penggunaan vibrator untuk pemadatan adukan yang dicor.
d. Memastikan pengambilan kubus beton dan perawatan sesuai prosedur yang ditentukan.
e. Memastikan pengecoran dilakukan secara kontinue (kecuali diijinkan pengecoran bertahap).
f. Memastikan penggunaan aditive untuk penyambungan pengecoran dengan bagian beton yang sudah mengeras.
g. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.6.6 Prosedur pada tahapan setelah pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Memastikan dilakukan perawatan beton setelah beton setting.
b. Memastikan pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton mencapai umur minimal 21 hari.
c. Memastikan tidak ada bagian yang mengalami cacat struktural.
d. Memastikan perbaikan cacat non struktural.
e. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.7 Pekerjaan Pembersihan dan Finishing
II.7.1 Prosedur pada tahapan pembersihan adalah sebagai berikut:
a. Memastikan semua perancah dibongkar dan disingkirkan dari lokasi proyek.
b. Memastikan tanah galian yang menumpuk pada penampang sungai dibersihkan.
c. Memastikan tanah galian ditimbun kembali di belakang abutment.
d. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.7.2 Prosedur pada tahapan finishing adalah sebagai berikut:
a. Memastikan pembuatan marking data pengenal jembatan.
b. Memastikan plester aci dan pengecatan kantin.
c. Memastikan plester pada bagian abutment yang tidak rata.
d. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list.
II.8 Serah Terima Jembatan Tahap I
II.8.1 Prosedur pada tahapan serah terima tahap I adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengukuran final untuk keseluruhan dimensi jembatan meliputi panjang jembatan, lebar jembatan, ketinggian abutment, dimensi balok dan ketebalan plat lantai.
b. Memastikan semua list tahapan pekerjaan sudah disetujui.
c. Memastikan hasil test kubus beton memenuhi spesifikasi.
d. Asisten mengkonfirmasi hasil pengecekan dengan menandatangani cek list dan menerbitkan BAST I (Berita Acara Serah Terima Tahap I).